Tuesday 19 February 2013



Kini, Guru Membelajarkan Siswa, Bukan “Mengajar” Siswa



Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi, kini para guru seyogyanya bersikap reseptif dan proaktif . Mereka harus mengubah pola perilaku dirinya saat  berinteraksi dengan siswa di kelas atau di luar kelas.Sejak berlakunya KBK, pendidikan kita menganut paradigma pembelajaran yang membelajarkan.
Survey itu perlu

Berkaitan dengan perubahan paradigma pembelajaran di maksud,  para guru harus mengubah kebiasaan dari yang semula menganggap siswa sebagai obyek  menjadi menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran. Ini artinya, kebiasaan “mengirim” pengetahuan harus diubah menjadi kebiasaan “baru” yaitu mengkondisikan siswa belajar secara proaktif, kreatif, dan efektif menurut cara siswa bukan menurut cara guru. Banyaknya siswa yang mengeluh tidak mengerti apa yang diajarkan guru misalnya, bisa jadi merupakan indikator biasnya makna kegiatan bernama “mengajar” dimaksud.
Perubahan perilaku “membelajarkan” siswa bukan lagi “mengajar” siswa merupakan jawaban atas  rekomendasi Kemendiknas (sekarang Kemendikbud) seperti tersurat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran yang membelajarkan merupakan teknik untuk mencairkan kebekuan dan kebuntuan proses eksplorasi pengetahuan seperti yang biasa terjadi secara endemik di kelas akibat kentalnya kegiatan pembelajaran bernuansa monolog, delivery system, dan semacamnya. Pembelajaran yang membelajarkan dapat dipastikan mampu mencerahkan siswa bukan membelenggu siswa dalam keterpasungan struktural yang tentu sangat kontraproduktif.
Melalui pembelajaran yang membelajarkan dengan teknik pendekatan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, guru mamapu mengkondisikan siswa berpetualang mengembarakan dirinya di rimba belantara dunia ilmu penegtahuan untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan “baru”.
Dalam konteks perubahan perilaku guru dari mengjajar menjadi membelajarkan tersebut, ada setidaknya  4 (empat) aktivitas yang harus dilakukan oleh guru.
Pertama, sebelum melakukan pembelajaran, guru harus memiliki peta karakteristik siswa yang akan dibelajarkan. Pemetaan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan data pribadi siswa, melakukan analisis data prestasi akademik (intag), atau melakukan tes diagnostik dan pre-tes. Pemetaan karakteristik siswa yang lengkap merupakan modal awal yang bernilai sangat strategis sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembelajaran yang membelajarkan.
Kedua, guru harus mampu menyiapkan sumber dan media belajar yang memadai dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa serta mengupayakan varian berbasis pemanfaatan .teknologi informasi dan komunikasi seperti power point, internet dll.
Ketiga, guru harus mampu memerankan dirinya sebagai salah satu sumber belajar sekaligus sebagai fasilitator, dan motivator belajar yang membuat siswa nyaman mengikuti setiap dinamika proses pembelajaran di kelas/di luar kelas.
Guru membelajarkan mengandung makna bahwa guru harus mendorong siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuan baru dalam suasana belajar yang menyenangkan. Model belajar seperti ini sangat baik dilakukan oleh para guru untuk memastikan bahwa siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan secara riil. . Kompetensi siswa semacam itu diharapkan mampu menghasilkan kualitas SDM Indonesia masa depan mengingat saat ini bangsa kita memerlukan percepatan yang signifikan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.
Sudah saatnya para guru memahami dan mengimpelementasikan paradigma belajar modern. Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh siswa melainkan sesuatu yang diciptakan sendiri .Pembelajaran terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya yang sudah ada.
Kini, para guru harus mengimplementasikan makna “ilmiah” belajar . Dalam perspektif ilmiah, belajar adalah menciptakan makna baru, jaringan syaraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru dalam sistem otak atau tubuh secara menyeluruh. Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, verbal) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra, dan syaraf.. Kepada para guru, selamat membelajarkan siswa demi kemajuan bangsa kita tercinta ! 

No comments:

Post a Comment

silakan boleh berkomentar memberikan kritik dan saran yang membangun terima kasih...