Sunday, 24 February 2013


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bagi siswa/i kelas 6 untuk pelaksanaan ujian praktik bahasa Inggris dibagi 2 tahap :

I. Writing and Reading Test (Rabu, 27 Februari 2013, materi yang akan diujikan : membuat karangan dengan judul "My Beloved School", reading comprehension, judul text "Jobs"

II. Listening and Speaking Test (Rabu, 6 Maret 2013), materi yang akan diujikan : mendengarkan short story tentang Eid Al Fitr, story telling dengan tema bebas (dipresentasikan dengan menggunakan alat peraga)

Pelaksanaan ujian praktik IPA hari Selasa, 5 Maret 2013. Membuat bel / lampu flip-flop.
Suka · 
  • Urip Hidayat menyukai ini.
  • Urip Hidayat Harap dipersiapkan segala sesuatunya (hapalan story telling, alat peraga, membuat karangan, dan cara pembuatan bel/lampu flip-flop). Kesungguhan usaha dan do'a kalian menentukan nilai kalian sendiri. Good luck guys! 


CARA MEMBUAT BEL LISTRIK SEDERHANA
Gambar di bawah berikut merupakan bel listrik sederhana yang berhasil kami buat dengan sumber energi listrik dari baterai kering atau dapat juga dengan menggunakan adaptor.Rekomendasi kami untuk sumber energi listrik sebaiknya menggunakan adaptor dibandingkan baterai, karena adaptor dapat mensuplai arus yang cukup konstan untuk kebutuhan bel. Sedangkan jika menggunakan baterai, energi listrik akan semakin melemah dan hilang dalam waktu yang cukup singkat.

Hal ini kami berikan karena memang telah kami alami sewaktu proses pembuatan bel listrik. Bahan-bahan yang digunakan untuk mengkonstruksi bel ini pun berasal dari barang-barang bekas yang mudah ditemui disekitar kita.


Besarnya energi listrik yang diperlukan adalah berkisar dari 9 sampai dengan 18 volt. Jika energi listrik yang diberikan terlalu kecil maka bel listrik tersebut tidak dapat bekerja secara optimal atau bahkan tidak bekerja sama sekali.

Namun jika energi listrik yang dialiri terlalu besar maka akan sangat
berbahaya dan yang jelas bel listrik tersebut akan terbakar karena timbul energi panas yang berlebih. Untuk hal ini sangat tidak dianjurkan.

Untuk membuat bel listrik, beberapa komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
  1. Satu lembar papan kayu (ukuran 30x25 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm).
  2. kawat tembaga 1 utas/tanpa penyambungan (berdiameter 1 mm, panjang 11 m).
  3. 1 buah saklar/peyambung dan pemutus arus .
  4. Satu buah baterai 9 volt atau adaptor yang memiliki rentang tegangan 9-18 volt.
  5. Satu batang paku besi 9 inci.
  6. 10-15 sekrup kecil atau paku kecil(paku triplek). Jumlah dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau desain yg telah dibuat.
  7. Lembaran aluminium dari bekas kemasan minuman kaleng. Ambil dari kemasan kaleng kira-kira 2 buah.
  8. batang kayu berukuran batang spidol besar (atau sekitar berdiameter 1-1,5 cm).
  9. Pelat besi yang dibuat menyiku 90 dejarat. Tebal pelat sekitar 1 mm.
  10. Satu sekrup 1 inci beserta bautnya.
  11. Satu sekrup berukuran 1,5 inci.
  12. Satu buah bel atau lonceng.
  13. Satu pelat besi tipis ukuran 1x15 cm (bisa didapatkan dari kaleng yang non-aluminium)
  14. Satu pelat baja tipis ukuran 1x7 cm (bisa dari cutter bekas yang sudah ditumpulkan bagian mata pisaunya).
  15. Dua buah sekrup kecil yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
Sedangkan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan bel yaitu:
  1. Tang (bisa tang lancip atau tumpul).
  2. Palu.
  3. Obeng minus dan plus ukuran kecil.
  4. pisau kecil/pisau lipat.
  5. gunting tumpul (gunting bekas).
  6. solder beserta kawat timahnya.
  7. mistar dan pensil.
Untuk petunjuk pembuatan, kali ini saya sampaikan hanya dalam bentuk skema/gambar sederhana yang menerangkan setiap bagian pada komponen bel listrik.
Barangkali beberapa bagian yang perlu diberi keterangan lebih lanjut yaitu:
1. Mengenai kumparan yang nantinya berfungsi sebagai sumber medan magnet. Kumparan dibuat dengan cara melilitkan kawat tembaga pada paku ukuran 9 inci. Banyaknya lilitan tergantung kebutuhan. Jika ingin menghasilkan medan magnet yang kuat namun membutuhkan energi listrik yang sedikit lebih, makan lilitan dibuat lebih banyak. Ringkasnya, jumlah lilitan minimal untuk sumber tegangan 9-18 volt dengan bahan kawat tembaga berdiameter 1 mm pada paku 9 inci adalah 200-300 lilitan.

2. Pada bagian lempengan baja(pegas) dan lempengan besi sebagai lengan pemukul, disatukan menggunakan sekrup kecil. Sebaiknya skrup yang digunakan berjumlah 2 buah agar lebih kokoh. Pada bagian ini kemudian dilakukan penyolderan antara kawat tembaga yang berasal dari kumparan dengan lempengan baja yang terhubung ke interuptor (sekrup berukuran 1,5 inci).


3. Pada bagian kumparan, ujung paku 9 inci diberi penahan supaya kumparan tidak bergeser ketika didorong oleh lempengan besi. Penahan berupa lembaran aluminium yang dipasang vertikal dengan pemakuan untuk melekatkan pada papan.


4. Mengenai bagian dudukkan lempengan baja dan besi, tahap pemasangan diawali dengan melekatkan lempengan pada dudukkan kemudian dilanjutkan pemasangan ke bidang papan. Keterangan dudukkan ini silahkan lihat pada gambar di bawah.

Sedangkan desain bel yang telah selesai, silakan lihat gambar dibawah berikut:Mungkin untuk mempermudah memahami cara pembuatannya, saya mencoba sertakan prinsip kerja dari bel listrik ini.

Prinsip kerja Bel Listrik:


Ketika saklar ditekan (dalam keadaan on) hingga menutup rangkaian yang sebelumnya telah di hubungkan ke sumber arus listrik (baterai atau adaptor), arus listrik mengalir dari sumber arus listrik menuju interuptor (sekrup pada batang kayu) melalui kawat tembaga. Kemudian arus dilanjutkan menuju ke lempengan baja dan selanjutnya menuju ke kumparan (paku yang dililitkan kawat tembaga).


Adanya arus listrik yang mengalir melalui kumparan mengakibatkan paku berubah menjadi magnet dan menarik lempengan logam/besi tipis yang dilekatkan pada lempengan baja. Pada lempengan logam/besi ini kemudian dilekatkan dengan kawat yang berfungsi sebagai pemukul bel. Tertariknya lempengan logam beserta lempengan baja mengakibatkan kawat pemukul bergetar dan memukul bel/lonceng hingga berbunyi.


Pada saat yang sama hubungan lempengan baja dengan interuptor terputus sehingga arus listrik berhenti mengalir. Berhentinya arus listrik itu menyebabkan paku kumparan kehilangan sifat magnetnya. Akibatnya lempengan baja kembali ke posisi semula. Lempengan baja kembali terhubung dengan interuptor dan arus listrik kembali mengalir, sifat magnet pada kumparan muncul kembali. Begitu seterusnya hingga saklar dimatikan (dalam keadaan off).


Sekedar catatan tambahan, bahwa ketika bel bekerja, akan terjadi percikan bunga api kecil pada bagian bertemunya interuptor dengan lempengan baja. Untuk hal ini tidak terlalu membahayakan sebatas energi listrik yang diberikan tidak terlalu besar. Untuk pencegahan terjadinya kebakaran, kiranya segera jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti bensin, alkohol, dsb.


Nah, sampai disini dulu ceritaku tentang pembuatan bel listrik sederhana. Mudah-mudahan semua ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Akhirnya kuucapkan selamat berkarya buat rekan semuanya.


sumber: http://kosongbolong.blogspot.com/2010/03/berawal-dari-tugas-kuliah-mengenai.html

Tuesday, 19 February 2013


18 Karakter yang Harus Dikembangkan Pada Peserta Didik

Siswa yang ada di lingkungan sekolah sehingga sikap dan perilaku pun banyak yang mengalami perubahan seperti  kenakalan remaja, pergaulan bebas, berandalan motor dan penggunaan obat-obatan terlarang. Dengan fenomena ini maka kita memerlukan “Energi” yang saat ini sangat dibutuhkan yaitu pembentukan karakter sebagai dasar kepribadian, Karena apabila tidak memiliki karakter dan budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bisa membawa kemunduran peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu negara. Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga berperan penting untuk membangun sebuah karakter yang harus diwujudkan dalam perilaku serta kegiatan belajar di sekolah agar dapat terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di semua mata pelajaran.
PENTINGNYA MENGHAFAL AL QUR'ANNGA

Secara bahasa karakter dapat diterjemahkan sebagai : watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.(Puskur,Balitbang Kemendiknas, 2010).
Dengan demikian definisi di atas dapat diartikan secara teknis  : SEBAGAI PROSES INTERNALISASI SERTA PENGHAYATAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA YANG DILAKUKAN PESERTA DIDIK SECARA AKTIF DIBAWAH BIMBINGAN GURU, KEPALA SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SERTA DIWUJUDKAN DALAM KEHIDUPANNYA DI KELAS, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT.
    Tujuan pendidikan karakter adalah :
  1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
  2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal, dan tradisi budaya bangsa INDONESIA yang religius.
Menanamkan jiwa KEPAHLAWANAN, kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai penerus bangsa.
  1. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
  2. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Adapun 18 karakter yang harus dimiliki oleh siswa sebagai berikut.
  1.  Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
  2.  Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
  3.  Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
  4.  Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
  5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
  6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
  7.  Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
  8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
  9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
  10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
  11.  Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
  12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
  13. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
  14. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
  15.  Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
  16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
  17.  Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
  18.  Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Butir-butir karakter di atas dapat difasilitasi dengan kegiatan Bimbingan dan Konseling dengan 4 bidang layanan sehinggan siswa dapat mengenali pribadi dan karakter secara langsung melalui guru Bimbingan dan Konseling, yaitu :
a)      Bimbingan Pribadi.
b)      Bimbingan Sosial.
c)      Bimbingan Belajar.
d)     Bimbingan Karir.
Bidang layanan  bimbingan dan konseling tersebut dapat dilakukan dengan
strategi :
a)      Layanan dasar bimbingan, untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu  pada tugas-tugas perkembangan peserta didik SMP.
b)      Layanan Responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
c)      Layanan Perencanaan Individu, bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, sosial, pribadi.
d)     Dukungan Sistem, kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan berkonsultasi dengan guru, staf ahli, dan sebagainya.

         Demikianlah pembahasan tentang karakter ini, semoga dapat terwujud di lingkungan sekolah kita sehingga dapat terbentuk kepribadian siswa yang lebih baik dan tetap memegang etika dan bersikap santun namun tetap memiliki kompetensi/keahlian yang dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari
  Sugiyanto, M.Pd Koordinator BK/BP SMP Negeri 15 Bandung


Kini, Guru Membelajarkan Siswa, Bukan “Mengajar” Siswa



Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi, kini para guru seyogyanya bersikap reseptif dan proaktif . Mereka harus mengubah pola perilaku dirinya saat  berinteraksi dengan siswa di kelas atau di luar kelas.Sejak berlakunya KBK, pendidikan kita menganut paradigma pembelajaran yang membelajarkan.
Survey itu perlu

Berkaitan dengan perubahan paradigma pembelajaran di maksud,  para guru harus mengubah kebiasaan dari yang semula menganggap siswa sebagai obyek  menjadi menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran. Ini artinya, kebiasaan “mengirim” pengetahuan harus diubah menjadi kebiasaan “baru” yaitu mengkondisikan siswa belajar secara proaktif, kreatif, dan efektif menurut cara siswa bukan menurut cara guru. Banyaknya siswa yang mengeluh tidak mengerti apa yang diajarkan guru misalnya, bisa jadi merupakan indikator biasnya makna kegiatan bernama “mengajar” dimaksud.
Perubahan perilaku “membelajarkan” siswa bukan lagi “mengajar” siswa merupakan jawaban atas  rekomendasi Kemendiknas (sekarang Kemendikbud) seperti tersurat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran yang membelajarkan merupakan teknik untuk mencairkan kebekuan dan kebuntuan proses eksplorasi pengetahuan seperti yang biasa terjadi secara endemik di kelas akibat kentalnya kegiatan pembelajaran bernuansa monolog, delivery system, dan semacamnya. Pembelajaran yang membelajarkan dapat dipastikan mampu mencerahkan siswa bukan membelenggu siswa dalam keterpasungan struktural yang tentu sangat kontraproduktif.
Melalui pembelajaran yang membelajarkan dengan teknik pendekatan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, guru mamapu mengkondisikan siswa berpetualang mengembarakan dirinya di rimba belantara dunia ilmu penegtahuan untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan “baru”.
Dalam konteks perubahan perilaku guru dari mengjajar menjadi membelajarkan tersebut, ada setidaknya  4 (empat) aktivitas yang harus dilakukan oleh guru.
Pertama, sebelum melakukan pembelajaran, guru harus memiliki peta karakteristik siswa yang akan dibelajarkan. Pemetaan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan data pribadi siswa, melakukan analisis data prestasi akademik (intag), atau melakukan tes diagnostik dan pre-tes. Pemetaan karakteristik siswa yang lengkap merupakan modal awal yang bernilai sangat strategis sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembelajaran yang membelajarkan.
Kedua, guru harus mampu menyiapkan sumber dan media belajar yang memadai dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa serta mengupayakan varian berbasis pemanfaatan .teknologi informasi dan komunikasi seperti power point, internet dll.
Ketiga, guru harus mampu memerankan dirinya sebagai salah satu sumber belajar sekaligus sebagai fasilitator, dan motivator belajar yang membuat siswa nyaman mengikuti setiap dinamika proses pembelajaran di kelas/di luar kelas.
Guru membelajarkan mengandung makna bahwa guru harus mendorong siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuan baru dalam suasana belajar yang menyenangkan. Model belajar seperti ini sangat baik dilakukan oleh para guru untuk memastikan bahwa siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan secara riil. . Kompetensi siswa semacam itu diharapkan mampu menghasilkan kualitas SDM Indonesia masa depan mengingat saat ini bangsa kita memerlukan percepatan yang signifikan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.
Sudah saatnya para guru memahami dan mengimpelementasikan paradigma belajar modern. Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh siswa melainkan sesuatu yang diciptakan sendiri .Pembelajaran terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya yang sudah ada.
Kini, para guru harus mengimplementasikan makna “ilmiah” belajar . Dalam perspektif ilmiah, belajar adalah menciptakan makna baru, jaringan syaraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru dalam sistem otak atau tubuh secara menyeluruh. Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, verbal) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra, dan syaraf.. Kepada para guru, selamat membelajarkan siswa demi kemajuan bangsa kita tercinta ! 



Cara Meningkatkan Motivasi Belajar



1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.


Hormat



2. Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.



3. Kompetisi

Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.



4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.



5. Memberi Ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.

6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.

7. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:

a) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b) Hadiah.
Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

c) Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d) Pujian.
Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

e) Hukuman.
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.

g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.

h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan..

i) Menggunakan metode yang bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

j) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berikut merupakan beberapa tips yang bisa anda gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar anda, semoga berhasil!!

Read more: MOTIVASI BELAJAR >> Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak